Pena Pijar, Jember – Sebagai peringatan hari Hartini, HMP Kelamas dan didukung oleh UKMP Academia Historica mengadakan webinar dengan tema “Pentingnya Feminisme Untuk Perkembangan Budaya di Indonesia”. Dengan pemateri Riza Afita Surya S.pd., M.Pd. yang juga merupakan dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jember.
Acara yang dilakasanakan pada Hari Selasa, 27 April 2021 tepat pukul 14:00 berlangsung secara daring tersebut melalui media zoom dan dihadiri oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah. Meskipun jalannya acara bertepatan dengan bulan Puasa bagi umat muslim, namun dalam setiap sesi yang berlangsung berjalan sangat antusias dan menumbuhkan semangat bagai para peserta.
Dalam pemaparannya ibu Riza sapaan akrabnya menjelaskan bahwa feminisme secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu feminis yang berarti sifat – sifat sebagai perempuan. Kemudian ditambah lagi isme menjadi feminisme yang berarti perihal tentang perempuan. Dimana feminisme itu sendiri merupakan gerakan yang menuntut persamaan hak antara perempuan dan laki – laki.
Lebih lanjut, dosen lulusan Universitas Jember dan Universitas Negeri Malang untuk S2-nya ini mengatakan bahwa feminisme itu bukan berarti mengartikan perempuan sebagai sosok yang supior atau tidak tertandingi, feminisme juga bukan paham yang membenci laki laki, feminisme juga bukan paham yang diartikan untuk menggantikan laki – laki. Beberapa hal tersebut merupakan pemahaman yang salah tentang feminisme. Gerakan feminisme ini diartikan sebagai sebuah gerakan untuk memperjuangkan dan menuntut persamaan hak yang diberikan kepada laki – laki dan perempuan.
Kemudian dalam sesi yang lain, dosen yang bersal dari Situbondo ini memaparkan terkait sejarah berkaitan dengan sejarah Feminisme di Indonesia dan Dunia.
”Di dunia, gerakan femisme sendiri terjadi dalam 3 gelombang, yaitu gelombang 1 dimulai tahun 1800- an sampai 2000-an, gelombang 2 tahun 1966-1979, dan gelombang 3 sebagai lanjutan dari gelombang sebelumnya. Yang mengarah kepada bidang pendidikan, media dan juga teknologi. Di Indonesia sendiri perkembangan kesetaraan gender sangatlah lamban perkembangannya. Hal ini dikarenakan femisime mengikuti dinamika masyarakat dan juga perkembangan teknologi yang terjadi secara gradual atau bertahap. Menurut hasil penelitian dari sosio economy national disebutkan sebanyak 33 % pasangan di Indonesia menganut paham bahwa laki – laki dan perempuan boleh sama – sama bekerja. Sedangkan sisanya sebanyak 57 % nya menganut pemahaman bahwa suami saja yang bekerja sedangkan perempuan hanya mengurusi urusan rumah saja. Dari angka ini dapat kita lihat bersama bahwa jelas adanya berbedaan yang cukup jelas antara 2 pemahaman tersebut”. Jelasnya
Kemudian ditemui di kesempatan yang lain, ketua HMP Sejarah, Hasan mengatakan bahwasanya didadakannya acara yang mengangkat perempuan ini juga berkaitan dengan bagaimana peran Kartini di masa lalu, apalagi saat ini sedang diperingati hari Kartini. Tepatnya pada tanggal 21 April 2021
“Kita semua pasti ingat dengan peristiwa saat kartini memperjuangkan kaum perempuan pada masa perjuangan sebelum Indonesia Merdeka. Tentunya itu bisa kita jadikan refleksi pada era saat ini yang serba terbuka dan ketimpangan antara perempuan laki-laki sudah mulai dihilangkan” terangnya saat di temui di ruang sekretnya
Penulis : Yunita
Editor : Achmad Fuji Asro