Pena Pijar-Opini, Hidup, satu kata mengandung bobot makna yang dalam ketika ditelisik lebih jauh, salah satu maknanya ialah kesengsaraan yang dibaluti dengan jahitan kebahagiaan. Makna kalimat ini adalah hidup merupakan sebuah kepahitan yang menimpa, baik disetujui ataupun tidak disetujui oleh yang ditimpa, tetapi didalam kesengsaraan tersebut memunculkan sedikit harapan yang bisa mengobati sedikit pahitnya hidup. Banyak orang mempercayai makna ini, akan tetapi tidak sedikit juga orang yang tidak sependapat karena memang mereka tidak memahami secara langsung, orang yang tidak paham tersebut berasal dari keluarga berekonomi cukup, bahkan lebih. Mereka mempercayai hal yang sebaliknya, yaitu hidup adalah kebahagiaan yang ditimpa dengan kesengsaraan. Kalau boleh saya katakan itu adalah lelucon yang buruk, mereka mengatakan seolah-olah paham dengan pahitnya pil hidup tetapi biarkan saja bagaimana mereka mengekspresikan apa yang dialaminya.
Kita sering bertanya-tanya untuk apa kita dilahirkan ke dunia ini, menyoalkan sebenarnya apa tujuan kita hidup, apakah kita hanya sekedar menjalani hidup atau ada maksud yang lain. Untuk orang yang sudah melewati sekian banyak perjalanan manis dan pahit yang begitu lamanya, pasti memahami apa tujuan hidup, dan memang untuk paham dengan makna hidup kita harus melewati atau merasakannya sendiri. Ada yang berhasil dengan perjalanannya dan ada pula yang gagal dengan perjalanannya.
Bagi orang yang sekarang merasakan fase-fase kegagalan, sering merasa segala sesuatu yang dilakukannya tidak membuahkan keberhasilan harus menguatkan pundaknya untuk menahan sekuat mungkin rasa cemas dan ragu dari sebuah kegagalan. Memang mudah untuk dikatakan, nyatanya sangat sulit untuk dilakukan, tetapi percayalah hal itu yang membuat dirimu semakin kuat dari sebelumnya untuk mengemban segala cobaan dalam hidup.
Ekspektasi tidak seindah kenyataan, kalimat itu cukup populer dikalangan banyak orang. Untuk orang yang membaca tulisan ini khususnya orang yang merasa bahwa sudah tidak ada jalan keberhasilan untuk dilewati, cobalah untuk mengingat bahwa ada orang yang ingin melihatmu berhasil entah itu orang tua, keluarga, teman, atau pasangan. Jadikan itu sebagai motivasi atau pengingat ketika dirimu dilanda kegundahan, hiduplah untuk mereka atau setidaknya hiduplah untuk dirimu sendiri. Hiduplah untuk menghidupi, itulah diksi yang saya rasa sangat cocok. Sungguh kalimat yang sangat indah.
Penulis: Ahmad Abdullah Azzam