Pena Pijar, Anekdot – Siang hari itu terasa sangat panas, dua orang yang merupakan teman itu memutuskan untuk mampir ke cafe dekat mereka berada.
Dona: “Kamu mau pesan apa?”
Riska: “Es jeruk, deh. Pasti enak siang-siang begini minum yang dingin-dingin asem.”
Dona: “Iya, deh. Aku juga. Mbak pesan dua es jeruk, ditambah kentang gorengnya satu, ya!”
Kasir itu tersenyum lantas mengetikkan pesanan yang dipesan dua teman itu, lalu memberikan tagihan yang harus dibayar.
Kasir: “Baik, pesanannya nanti akan diantar ke meja ya, Mbak.”
Dona dan Riska mengangguk, lalu mencari tempat untuk mereka duduki. Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di luar cafe, yang juga disediakan tempat duduk. Tak butuh lama, pesanan mereka datang.
Riska: “Terima kasih, Mas.”
Setelah pelayan yang mengantarkannya pergi, Riska dan Dona segera meminum minuman yang sudah dipesan.
Dona: “Rasanya lega, sekali.”
Riska: “Paling enak emang minum es jeruk, di cuaca panas begini.”
Tiba-tiba datanglah pengemis, membuat mereka saling pandang. Mata Dona mengisyaratkan agar Riska tidak memberi Pengemis itu uang. Pengemis itu nampak kesal, lalu memilih untuk pergi.
Riska: “Kenapa kamu melarang untuk memberi pengemis itu uang?”
Dona: “Pengemis itu terlihat bugar, bahkan usianya sekitar 20-an. Jika diberi uang, dia akan semakin senang dengan kegiatannya menjadi pengemis, padahal dia sanggup untuk bekerja.”
Riska: “Iya juga, sepertinya umurnya masih bisa untuk bekerja.”
Dona: “Bahkan sekarang banyak pengemis yang membentuk komunitas, aku nggak habis pikir.”
Riska: “Separah itu?”
Dona: “Iya, mereka memanfaatkan belas kasih orang lain untuk mendapatkan uang. Aku juga pernah mendengar, ada perumahan yang isinya adalah pengemis, dan kamu tahu? Rumah-rumahnya sangat besar.”
Riska: “Wah, apa mereka tidak malu terus-menerus minta-minta padahal mereka mampu. Bahkan, jika dibandingkan penghasilan dari yang memberi mereka uang dan penghasilan mereka sendiri, bisa lebih banyak penghasilan mereka.”
Dona: “Benar itu.”
Penulis: Putri Sabrina Aulia