Hamparan luas yang tak terbilang jumlahnya
Berbentang lebar yang tak habis bilangannya
Air yang selalu menjadi tempat persinggahannya
Bulir kecil yang tak tampak ketika bersentuhan
Dengarkan suara gemuruh kala malam mulai datang
Dengarkan gelombang yang tak bisa berteman dengan semua insan
Nada ombak juga tak bisa menjanjikan bahwa angin akan membantu setiap insan tuk bercengkrama
Sang Samudera…
Begitu bengisnya dirimu ketika Murka alam datang
Irama gemuruh ketika dasarmu sedang Terguncang
Membuat daratan bisa tertelan hingga tak tersisa
Dan menghilangkan jejak yang berubah menjadi sejarah
Namun…
Begitu Jalak dirimu ketika damai dan syahdu
Membuat hamparan air yang bercampur dengan senja seperti pelangi
Mata yang tak bisa lepas ketika Pemusatan sedang Mencubit
Membuat Logaritma otak semula kacau menjadi damal
Drama demi drama selalu terjadi setiap tahunnya
Siaran demi siaran bersuara kalimat yang tak diinginkan
Membuat setiap insan terdiam dan selalu mengingat sang kuasa
Begitulah dirimu…
Wahai samudera….
Diammu tak dapat ditebak
Gerakanmu tak dapat dielakkan
Globalisasi yang selalu datang setiap Warsa
Mendukungmu untuk bergerak yang tak wajar dan jauh dari logi seorang manusia
Kutub utara yang mencair membuat keluasanmu menjadi tak terhingga
Sehingga kecemasan selalu datang setiap detiknya disetiap kalbu manusia
Samudera…
Jauharipun tak dapat menelusuri seberapa dalam dirimu bercengkrama dengan bumi
Tak ada yang dapat memastikan seberapa kedalamanmu
Hanya sang khali dan dirimu lah yang tau betapa gelapnya atau indahkah dirimu didalam sana
Teka teki selalu saja terbesit didalam meditasi setiap insan
Menebak makhluk apa saja yang lahir dan kasat mata dalam dirimu
Sampai okultispun ikut terjun dan ingin tau seberapa dalammu dan apa saja yang berada dalam dasarmu
Tak ada yang bisa menebakmu, tetaplah sang khalik dan dirimulah yang tau
Bak iman seorang manusia, hanya dirinya dan Tuhanlah yang tau seberapa dalam imannya.
Karya : Amelia Wahyuni Sadina