Menu

Mode Gelap
 

Opini · 25 Feb 2023 13:11 WIB ·

Ibu dan Peran Pencegahan Radikalisme


 Ibu dan Peran Pencegahan Radikalisme Perbesar

Pena Pijar-Opini, Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak. Sebagai bagian dari sistem sosial, keluarga memiliki fungsi untuk melakukan sosialisasi nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan memfasilitasi proses belajar anak terhadap peran-perna sosialnya (Olson & DeFrain, 2003). Jika keluarga memegang teguh nilai-nilai yang bersumber dari kelompok tertentu, dapat dipastikan nilai-nilai tersebutlah yang sejak kecil akan disosialisasikan dan mewarnai tumbuh kembang anak-anak mereka. Pun ajaran radikal yang diyakini orang tua sebagai sosok kunci dalam keluarga.

Dengan semakin aktifnya peran ibu sampai saat ini, penyebaran radikalisme terhadap anak memiliki jalur yang semakin kuat. Terlebih, ikatan antara ibu dan anak sudah terbentuk sejak anak masih berada di dalam kandungan. Ibu sebagai sumber pengasuh primer dan memberikan informasi pertama terhadap proses belajar pertama anak. Hal tersebut sudah dijelaskan oleh Bowlby pada tahun 1969 dalam kajiannya tentang bagaimana perilaku pengasuh primer dapat mempengaruhi pola pikir, respons emosi, maupun aspek sosial anak.

Dengan demikian ibu adalah sosok kunci bagi keberhasilan penyebaran radikalisasi dan kaderisasi kelompok radikal sejak dini. Perannya tidak boleh lagi diabaikan. Dalam keluarga, ibu memiliki peran sebagai benteng bagi pertumbuhan bibit radikalisme anak-anak muda. Ibu dipandang sebagai penjaga benteng. Pertanyannya kemudian, bagaimana ibu agar kuat dan mampu untuk menjadi penjaga benteng yang tangguh dalam keluarganya? Sebab akan berat beban yang harus ditanggung apabila ibu yang diharapkan, berjuang sendiri. Bagaimanapun, ibu tetap memerlukan dukungan sosial untuk menjadi tangguh. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat diupayakan seluruh elemen masyarakat untuk membantu.

Pertama, meningkatkan kepedulian keluarga besar untuk saling mengingatkan dan menguatkan. Dalam beberapa kasus, jarak emosional dan problem komunikasi yang terjadi antara individu dan keluarga besar merupakan faktor risiko yang kerap memicu problem perilaku yang muncul kemudian. Sebaliknya, keterikatan yang baik dengan keluarga besar akan menjadi faktor protektif yang menguatkan individu ketika harus mengambil sikap yang tepat terhadap segala pengaruh yang ada, kepada keluarga intinya.

Kedua, meningkatkan atmosfer positif dan kepedulian lingkungan terhadap sesama warga. Ketiga, mengoptimalkan pendidikan di masyarakat melalui keterlibatan berbagai unsur, seperti PKK. Dapat juga mengadakan kegiatan yang membantu meningkatkan kesadaran hidup bersama sekaligus memberikan informasi berkelanjutan yang dapat meningkatkan kewaspadaan. Dengan keterlibatan semua pihak, upaya dalam menyelamatkan generasi dari pengaruh radikalisme dapat berjalan secara efektif.

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 58 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kurikulum Merdeka: Antara Harapan dan Tantangan

19 April 2025 - 22:08 WIB

Perempuan yang Melawan, FoMo atau Kewajiban?

16 April 2025 - 12:33 WIB

Menggugah Kesadaran: Transformasi Pendidikan untuk Generasi Masa Depan

16 April 2025 - 09:25 WIB

Ilustrator dan AI: Akankah menjadi Kolaborasi atau Kompetisi?

2 Maret 2025 - 20:29 WIB

Kesuksesan Karier: Lebih Penting Skill atau Sikap?

2 Maret 2025 - 20:19 WIB

Pandawara Group: Ajak Indonesia Keluar dari Zona Darurat Sampah

24 Februari 2025 - 13:52 WIB

Trending di Opini