Pena Pijar, Opini – Era perkuliahan merupakan masa peralihan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) ke Perguruan Tinggi. Mahasiswa yang belum dapat menyesuaikan dengan peran barunya akan rentan terkena stres dan depresi. Mahasiswa memiliki tanggung jawab agar bisa memberikan prioritas waktu dan pikiran dalam hal akademik. Namun, kadang mahasiswa belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya dengan baik sehingga mengakibatkan mahasiswa menganggap tugas yang ada sebagai beban. Kondisi tersebut dapat menjadi alasan mahasiswa tergolong sebagai kelompok yang rentan untuk melakukan self-harm. Usia mahasiswa termasuk dalam fase emerging adulthood yang berpotensi tinggi untuk mengalami ketidakstabilan psikologis akibat banyaknya perubahan di masa transisi.
Kecenderungan perilaku self-harm pada mahasiswa bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya tekanan akademik, melainkan juga masalah asmara, gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, dan kurangnya dukungan dari lingkungan sosial. Tidak jarang mahasiswa kesulitan dalam beradaptasi hingga akhirnya menghindar atau melakukan hal berbahaya seperti menyakiti diri yang dianggapnya sebagai mekanisme koping untuk melepas beban. Berbagai permasalahan baik dari diri sendiri maupun lingkungan jika dialami terus-menerus dan tidak segera mendapatkan penanganan dapat mendorong mahasiswa untuk menjadikan self-harm sebagai kebiasaan. Parahnya, mereka menanggap kematian bukan lagi hal yang menakutkan.
Self-harm tentu membahayakan pelakunya. Self-harm merupakan perilaku menyimpang yang semestinya segera mendapatkan tindakan secara tepat dengan bantuan profesional, seperti psikiater. Sangat penting bagi civitas academica untuk mampu mengenali tanda-tanda perilaku menyimpang yang mengarah pada self-harm untuk selanjutnya menyediakan sumber daya dukungan yang tepat, seperti layanan kesehatan mental di lingkungan kampus. Berkonsultasi dengan profesional dapat membantu seseorang dalam mengenali pemicu awal self-harm serta mengatasinya melalui beberapa terapi tertentu. Seseorang juga dapat dibantu untuk mengenali diri sendiri sehingga membantu menghilangkan emosi negatif dalam diri.
Penulis: Avita Dwi Febrianti
Penyunting: Riyanti