Pena Pijar, Opini – Guru honorer telah menjadi pilar yang tak tergantikan dalam pendidikan kita. Namun, mereka dihadapkan pada ketidakpastian yang menghancurkan. Tanpa jaminan pekerjaan yang stabil, mereka bisa dipecat atau dikontrak hanya dalam hitungan bulan atau tahun. Ini adalah pengkhianatan terhadap dedikasi dan pengabdian mereka
Di tengah pentingnya peran guru dalam membentuk masa depan bangsa, ironisnya, guru honorer yang telah mengabdikan diri bertahun-tahun diabaikan dan tidak dihargai. Meskipun guru honorer bukan bagian dari sistem formal, tetapi telah menjadi tulang punggung pendidikan di Indonesia. Mereka dengan gigih mengajar dan menginspirasi generasi muda, tanpa jaminan pekerjaan yang stabil. Namun, sistem yang seharusnya mendukung dan menghargai pengabdian mereka, malah membuat mereka terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Gaji guru honorer menjadi masalah serius. Upah yang rendah tidak sebanding dengan upaya dan kontribusi yang mereka berikan. Mereka terjebak dalam kemiskinan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bahkan terpaksa mengajar di beberapa sekolah hanya untuk mengatasi kekurangan pendapatan. Guru honorer pantas mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang layak.
Jaminan sosial dan tunjangan yang layak juga harus menjadi prioritas. Guru honorer tidak memiliki akses yang memadai terhadap program asuransi kesehatan dan pensiun. Mereka hidup tanpa jaminan keamanan finansial dan masa depan yang pasti. Ketidaksejahteraan ini berdampak negatif pada kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Guru yang terbebani secara finansial tidak dapat memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita.
Kondisi guru honorer membutuhkan perubahan mendesak. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi ketidakadilan ini. Upah yang adil, jaminan sosial yang memadai, dan perlindungan hukum harus ditegakkan demi memperbaiki kehidupan guru honorer. Mereka telah memberikan segalanya untuk mendidik generasi bangsa, sekarang saatnya kita memberikan mereka apa yang seharusnya mereka dapatkan.
Penulis : Bintun Maulidiyatul Chabibah