Menu

Mode Gelap
 

Opini · 22 Sep 2022 21:16 WIB ·

Kontemplasi Perubahan Pola Masuk Perguruan Tinggi


 Tiga jalur masuk PTN 2023. (Sumber Foto: Antara) Perbesar

Tiga jalur masuk PTN 2023. (Sumber Foto: Antara)

Pena Pijar, Opini – Masih segar sekali obrolan pada lalu lintas lingkungan idealis akademis, tentang bagaimana naik turunnya sensasi dimensi bahagia dan putus asa. Dari manusia-manusia ambis dengan isi kepala penuh dengan angka-angka aljabar dari rumus matematika maupun fisikanya. Sekedar menguji sampai batas manakah mereka bisa menerima dengan tangan terbuka, atas apa saja yang telah diputuskan oleh pihak yang berkewenangan tanpa pertimbangan subjektif manapun yang menahan langkahnya. Terlebih hari ini, segala aktivitas dari civitas akademika telah di berlakukan pemutakhiran segala macam suap menyuap ataupun gratifikasi dalam bentuk apapun, kalau kata warganet “apa itu sogok menyogok?”.

Tak lepas dari nuansa atmosfir ambisnya siswa-siswi yang budiman yang telah dibahas diatas. Kita ketahui bersama ada banyak pintu masuk untuk menjajaki replika sistem pemerintahan dalam bentuk yang sederhana ini. Namun, tidak kalah lihainya dengan realita perpolitikan pemerintahan di Indonesia. Sebut saja jalur masuk SNMPTN, SBMPTN, Ujian Mandiri maupun jalur masuk yang lainnya yang di legalkan oleh Perguruan Tinggi terkait. Segala sistem dan aturan yang dianggap berkelit dan tidak konsisten itu, tak lain merupakan sebuah regulasi perubahan yang bukan tanpa alasan, melainkan ada sebuah target yang di patok dengan menyederhanakan indeks kesulitan yang didapati dari tahun-ketahun.

Hal yang perlu diketahui dengan mencari kelemahan untuk mendapatkan solving dari kelemahan tersebut, sehingga di dapatilah perubahan-perubahan yang sifatnya memudahkan. Tahun inilah persaingan perebutan kursi Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia semakin sakral karena membludaknya orang-orang cerdas dari bidangnya masing-masing berebut masuk di Perguruan Tinggi yang didambakan.

Dengan membawa keabsahan pembelajaran abad 21 yang konon berhasil merubah stigma komponen lingkungan pendidikan dari “Belajar itu tidak mudah” menjadi “Mari memudahkan belajar”. Alhasil tahun 2022 Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) mengumumkan terhitung 612.049 peserta mendaftar SNMPTN, jumlah pendaftar tersebut naik sekitar 3,09% dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 593.667 peserta. Sedangkan untuk sbmptn, tercatat ada 800.852 peserta yang mendaftar. Jumlah ini naik dibanding pendaftar UTBK-SBMPTN 2021 yang 777.858 peserta. Terjadi kenaikan 22.009 pada tahun ini, belum lagi jumlah pendaftar jalur mandiri di masing-masing Perguruan Tinggi yang tidak bisa dipantau secara keseluruhan oleh pihak LTMPT. Hal ini menandakan bahwa ada sebuah bukti konkrit oleh target output yang di dapati dari hasil pembaharuan pembelajaran di lingkungan pendidikan pada abad ini.

Berbeda dengan tahun 2023 mendatang sebagai upaya penyelarasan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah melakukan berbagai macam transformasi Merdeka Belajar disemua jenjang pendidikan. Sehingga seleksi masuk PTN dilakukan dengan lima prinsip perubahan, yakni mendorong pembelajaran yang menyeluruh, lfokus pada kemampuan penalaran, inklusif dan mengakomodasi keragaman peserta didik, lebih transparan, serta terintegrasi dengan mencakup bukan hanya program sarjana, tetapi diploma tiga dan diploma empat/sarjana terapan. Ada tiga transformasi penting dalam seleksi masuk PTN, yaitu:

  1. Seleksi nasional berdasarkan prestasi
  2. Seleksi nasional berdasarkan tes
  3. Seleksi secara mandiri oleh PTN terkait.

Mengulik kisah beberapa cerita orang yang pernah terdengar ditelinga dengarkan dengan, hal tak terduga mereka alami mulai dari ilmu jitu cap cip cup, ajaibnya do’a dan jalur langit, ataupun dalih paksaan orang tua. Bahkan beberapa masih membawa pikiran kolot tentang alasan klasik atas dasar kata “bejo”.  Ini menjadi isyarat bahwa seseorang yang sekarang diterima di Perguruan Tinggi dari jalur manapun tidak lain dan tidak bukan merupakan salah satu bentuk keberuntungan dari dirinya pada saat itu. Sebaliknya bagi mereka yang gagal merupakan bentuk apes dari dirinya saat itu juga, selebihnya masalah usaha dan do’a merupakan sebuah formalitas belaka.

Terlepas dari opini apapun yang mereka bawa, hal yang terpenting saat ini ialah bagaimana mereka bisa menerimanya dan kemudian menjadi bagian dari Perguruan Tinggi terkait serta dapat membawa dampak perubahan yang diharapkan atas nama PT. Menciptakan pembaharuan dan perubahan yang seharusnya bisa membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Penulis : Nisa Aula

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 74 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ilustrator dan AI: Akankah menjadi Kolaborasi atau Kompetisi?

2 Maret 2025 - 20:29 WIB

Kesuksesan Karier: Lebih Penting Skill atau Sikap?

2 Maret 2025 - 20:19 WIB

Pandawara Group: Ajak Indonesia Keluar dari Zona Darurat Sampah

24 Februari 2025 - 13:52 WIB

Menjadi Mahasiswa Seutuhnya: Harmoni Akademik, Organisasi, dan Peran Sosial

24 Februari 2025 - 12:32 WIB

Self Reward: Bentuk Apresiasi Diri atau Sekadar Alasan untuk Boros?

24 Februari 2025 - 12:20 WIB

Apa yang Terjadi Jika Efisiensi Anggaran Pendidikan Khususya kepada Mahasiswa Penerima KIP-K Tetap Dijalankan?

18 Februari 2025 - 21:49 WIB

Trending di Opini