Menu

Mode Gelap
 

Opini · 23 Jun 2022 07:07 WIB ·

Mengenal Lebih Jauh Psychosomatic


 Sumber Foto: magic pictures/Shutterstock.com Perbesar

Sumber Foto: magic pictures/Shutterstock.com

Pena Pijar, Opini – Dunia terus ber-revolusi, selalu ada inovasi baru yang muncul disetiap masa, zaman, era, dan fase dalam kehidupan. Di era sekarang, semakin banyak istilah gangguan mental yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini bertanda bahwa banyak masyarakat yang mengalami gangguan mental. Bukan hanya itu, tema dalam webinar dan seminar tentang kesehatan mental pun sudah sangat sering diangkat dengan peminat yang cukup banyak.

Ada gangguan fisik yang seringkali dirasakan oleh banyak orang, seperti sering merasakan sakit kepala secara tiba-tiba, gangguan penyakit maag, nyeri pada bagian tubuh tertentu, atau bahkan merasakan sakit pada tubuh tetapi saat melakukan chek up ke dokter justru tidak ada penyakit apapun. Kejadian ini sering dialami oleh sebagian besar masyarakat. Mereka bertanya-tanya sebenarnya mereka sakit apa sih? Gangguan dari dunia lain? Istilah lain yang sering dijumpai adalah “mendapat kiriman (dikaitkan dengan hal-hal supranatural)”. Perlu dikaji lebih jauh tentang kondisi fisik yang sedang dialami karena mungkin kamu sedang mengalami gangguan Psychosomatic. Apa itu Psychosomatic, berikut penjelasannya.

Psychosomatic berasal dari dua suku kata, yakni “Psycho” yang diartikan sebagai “Pikiran” dan “Soma” artinya “Tubuh”. Sehingga dapat diartikan bahwa Pscyosomatic merupakan salah satu gangguan mental yang sangat erat kaitannya dengan bagaimana pola pikir seseorang, dari pola pikir itulah akhirnya berdampak pada kesehatan mental orang tersebut.

Stress pasti pernah dialami oleh sebagian besar orang dalam menjalani kehidupannya. Akan tetapi, ketika seseorang mampu menyadari stres yang dialami dan memvalidasi setiap yang terjadi pada dirinya maka hal tersebut bisa dikatakan stres yang baik. Sebaliknya jika seseorang mengalami stres akan tetapi tidak mau mengakui hal itu terhadap dirinya sendiri maka bisa berakibat depresi. Kondisi ini merupakan contoh stres yang kurang baik dan bisa memicu terjadinya gangguan psycosomatic.

Franz Alexander dan kawan-kawan dari Institut Psikoanalisis Chicago (1950-1960), menyarankan bahwa ciri-ciri kepribadian tertentu dan konflik tertentu dapat menciptakan penyakit psikosomatik tertentu, tetapi pada umunya diyakini bahwa bentuk gangguan disebabkan oleh kerentanan individu. Sementara Colak, 2014 menyampaikan bahwa berbagai mekanisme psikologis, sosial, patofisiologis, keluarga, dan genetik telah diusulkan untuk menjelaskan asal gangguan psikosomatis.

Adapun dampak yang seringkali terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan Psychosomtic adalah dengan ditandai menurunnya kekebalan tubuh. Seseorang jadi mudah sakit, kondisi fisiknya lebih lemah dari sebelumnya. Ciri yang kedua adalah gangguan fungsi pada organ tubuh. Gangguan fungsi pada organ tubuh bisa dilihat dari tekanan darah menjadi tinggi, gula darah naik, gangguan pencernaan seperti sakit maag dan lainnya. Dan ciri ketiga yang biasa dialami dari gangguan psychosomatic adalah masalah kulit. Psoriasis, eksim, dan masalah kulit lainnya ini merupakan salah satu masalah pada kulit yang juga rentan terjadi akibat masalah mental termasuk gangguan psychosomatic.

Dari dampak yang sudah dipaparkan, tidak serta merta saat kita mengalami masalah pada fisik, gangguan pencernaan, dan juga masalah kulit ini bisa langsung dikatakan bahwa kita tengah mengalami gangguan Psychosomatic. Perlu digaris bawahi bahwa gangguan Psychosomatic ini muncul akibat dari stres yang berlebihan dan juga berkepanjangan. Otak kita terlalu banyak tekanan sehingga menimbulkan rasa sakit pada anggota tubuh. Stres yang terus menerus dipendam dan dipelihara ini bukan lagi berakibat pada gangguan kejiwaan akan tetapi juga bisa berdampak pada fisik dan organ tubuh kita.

Adapun cara positif yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres antara lain dengan cara bercerita ke orang terdekat, mempelajari teknik relaksasi, Jujur pada diri sendiri, alokasikan waktu untuk melakukan aktivitas yang disukai, beri jeda jika masalah yang muncul berasal dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari (cuti), pastikan tempat istirahat dibuat senyaman mungkin, tinggalkan pola pikir yang memicu stres, dan terkahir terus melakukan hal baik untuk orang lain. Karena dengan membantu orang lain maka kebahagiaan dan sedikit ketenangan akan kita dapatkan.

Mengenali diri sendiri adalah hal yang sangat kita butuhkan untuk mencegah diri mendapati gangguan psychosomatic, selain itu dengan mengenali diri sendiri kita jauh lebih mudah untuk bisa mengontrol emosi diri sendiri. Saat masalah menutup semua otak dan jalan pikiran kita maka kita perlu menggunakan mata hati untuk bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Jangan biarkan masalah terus menerus menetap pada otak dan pikiran, segera selesaikan masalahmu dengan otakmu. Setidaknya saat masalahmu belum juga menemukan solusi, kamu bisa memberi ruang pada diri untuk menjalani hidup dengan ketenangan.

Hidup adalah sebuah perjalanan yang diringi dengan berbagai pesoalan. Kebanyakan dari orang yang mengalami depresi adalah mereka yang merasa sudah hilang kepercayaan pada siapapun, enggan untuk bercerita entah karena malu, takut, atau khawatir atau bahkan mengalami trust isue. Depresi juga dipicu oleh berbagai faktor masalah yang muncul di kehidupan seseorang, akan tetapi saat kamu sudah mampu mengenali dirimu sendiri, mengakui setiap rasa sedih, kecewa, marah, takut, cemas, dan perasaan lain yang memang sedang dirasakan, maka setidaknya ada point plus yang kamu miliki untuk bisa menyelesaikan persoalan yang sedang kamu alami.

Ada paragraf menarik dari sebuah buku “Seni Bersikap Bodoamat (Mark Manson; 36)” Masalah tidak berhenti, mereka hanya datang silih berganti dan/atau meningkat. Jika anda berusaha menghindari masalah anda atau merasa seakan-akan tidak punya masalah apapun, anda akan membuat diri anda sengsara. Jika merasa kalau anda memiliki masalah yang tidak dapat anda selesaikan, sama halnya anda membuat diri sendiri sengsara. Bumbu rahasianya ada dalam kata memecahkan masalah dan bukan pada punya atau tidak punya masalah.

Tetap menjaga diri dengan mengelola stres dan menurunkan kadar emosi negatif, karena penyakit yang muncul bukan hanya dari faktor makanan atau pola olahraga yang tidak teratur, tetapi penyakit juga bisa muncul saat kamu gagal mengelola stres yang kamu alami. Saat masalahmu terlalu berat untuk dijalani sendiri gandenglah orang terdekatmu, ajak dia untuk ikut mendampingimu dalam menyelesaikan masalahmu. Saat semuanya tidak bisa membantumu jangan sungkan untuk pergi ke psikolog. Psikolog bukan tempat untuk orang gila tetapi psikolog adalah tempat untuk kita bisa mengobati luka tanpa kasat mata.

Sumber Referensi :

Apriyani, R. 2018. Faktor-Faktor Penyebab Psikosomatis Pada Orang dengan Kecenderungan Psikosomatis. Psikoborneo. Vol 6(3), 425-430

Editor Enclycopaedia Britannica. Gangguan Psikofiologis. https://www-britannica-com.translate.goog/science/psychosomatic-disorder

Trifiana, A. 2019. Gangguan Psychosomatic (Psikosomatik) Adalah Saat Stres Melampaui Batas. https://www.sehatq.com/artikel/gangguan-psikosomatis-saat-stres-melampaui-batas

 

Penulis : Mila Alfiyani

Editor : Miftahur Rofiah

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 278 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa: Masih Pentingkah Menulis di Era Digital?

26 September 2024 - 23:30 WIB

Perubahan Iklim dan Transisi Energi: Tanggung Jawab Kolektif dan Tantangan yang Mendesak

27 Juni 2024 - 23:50 WIB

Menimbang Risiko dan Manfaat: Penggunaan Gawai untuk Balita

27 Juni 2024 - 23:37 WIB

Benarkah Universitas Impian Menjadi Tolok Ukur Kesuksesan Mahasiswa?

23 April 2024 - 18:59 WIB

Pandai Membaca Manfaat dan Tantangan Teknologi

23 April 2024 - 18:10 WIB

Kecenderungan Perilaku Self-Harm pada Mahasiswa

29 Februari 2024 - 21:47 WIB

Trending di Opini