Menu

Mode Gelap
 

Opini · 17 Agu 2017 20:04 WIB ·

Oase Kemerdekaan 72 Tahun Indonesia dan Refleksi Peringatan Mahasiswa


 Oase Kemerdekaan 72 Tahun Indonesia dan Refleksi Peringatan Mahasiswa Perbesar

17 Agustus 2017, sudah 72 tahun berlalu sejak peristiwa proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia atas Kolonialisme serta Imperialisme Belanda pasca kekalahan Jepang di Medan perang pasifik, tentu di hari ini ada banyak sekali harapan-harapan yang dipanjatkan rakyat Indonesia dari berbagai golongan hingga kelas, dari kalangan masyarakat petani,  nelayan buruh partikelir, akademisi, birokrat,  teknokrat hingga pengusaha. tak sedikit yang menumpahkan harapannya terhadap Indonesia di hari ini, melalui status di Sosmed hingga sekedar tulisan di buku diary, harapan tentang arti dan makna kemerdekaan yang timbul atas segala kenyataan dan kejadian yang mereka dapati di Indonesia saat ini.

Dalam salah satu catatan yang tertuang pada senarai karya penting Tan Malaka berjudul “Menuju 100% Merdeka”, disebutkan bahwa pada suatu malam pertemuan tanggal 24 januari 1946 yang dihadiri oleh Bung Karno,  Bung Hatta, Bung Sjahrir lalu juga Tan Malaka yang datang tanpa diundang, dengan lantang menyatakan bahwa Kemerdekaan yang dirancang saat itu tidaklah dirancang untuk kemaslahatan bersama, kemerdekaan yang hanya diatur oleh segelintir orang, dan dirancang untuk para kaum elite borjuis, bukan untuk rakyat yang seharusnya juga harus merasakan adil dan makmu. itulah sekilas makna kemerdekaan dari seorang Tan Malaka, seorang tokoh pendiri bangsa Indonesia yang disebut sebagai “Bapak Republik Indonesia” oleh Prof. Muhammad Yamin, namun sangat disayangkan bahwa nama Tan Malaka justru lebih diasosiasikan dengan gerakan pemberontakan komunis tanpa pemahaman yang cukup mendalam dikalangan masyarakat, agaknya budaya literasi masyarakat kita masih sangat kurang sekali akan sejarah-sejarah tokoh pendiri bangsa Indonesia.

tentu sudah wajar sekali ketika setiap hari kemerdekaan seperti ini hampir semua orang akan membicarakan tentang kemerdekaa, tak terkecali oleh kalangan mahasiswa di era kebebasan berpendapat saat ini melalui banyak media sosial. hal ini tentu mengingatkan kita tentang sejarah mahasiswa di era Orde Lama hingga Orde Baru, bagaimanakah nasib mahasiswa saat itu?  berdasarkan nilai-fungsinya dalam perspektif kemerdekaan mahasiswa jika kita benturkan dengan kenyataan saat ini? kita bisa memulainya dengan kiprah mahasiswa STOVIA di era penjajahan Belanda yang mampu tampil sebagai pelopor gerakan yang berhasil mengubah keadaan bangsa dari yang awalnya jatuh dalam himpitan perang dan kemiskinan menuju keadaan yang lebih baik. saat itu Mahasiswa mampu menunjukkan diri sebagai frontman atau ujung tombak yang mampu merubah tatanan sosial-politik secara aktif melalui gerakan-gerakan revolusioner di organisasi-organisasi kemahasiswaan saat itu, bukan dalam pandangan sempit yang diartikan sebagai gerakan unjuk rasa yang menimbulkan kerusuhan dijalan. pada masa orde lama itulah ketika mahasiswa mampu tampil kritis mengawal roda pemerintahan presiden soekarno.

beranjak pada masa Orde Baru, bermula di tahun 1970-an hingga meletusnya peristiwa Malari 1974 yang menentang kebijakan pembangunan soeharto yang cenderung memihak pada kepentingan bangsa asing, serta kebijakan politik orde baru yang semakin jauh dari nilai-nilai demokrasi hingga penolakan mahasiswa semakin keras dalam kritik kebijakan terhadap pemerintahan orde baru. menyikapi hal tersebut, pemerintahan orde baru melalui menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan SK no. 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus,  serta SK no. 0230/U/J/1980 tentang Badan Koordinasi Kemahasiswaan yang secara garis besar bermakna bahwa segala bentuk kegiatan berorganisasi di kalangan mahasiswa kampus mendapat intervensi oleh pemerintah orba,  gerakan kritis mahasiswa menjadi mandul serta menjauhkan keterlibatan mahasiswa dari gejolak sosial yang ada saat itu.

Setelah era pemerintahan orba tumbang, keadaan mulai beranjak normal dalam artian kebebasan mahasiswa dalam berorganisasi tak lagi dibatasi, setiap tahun gelaran ospek mahasiswa baru di kampus kampus selalu dengan lantang dan bangga disampaikan tentang peran-fungsi mahasiswa sebagai agent of controkebijakan of change,  iron stock dan lain sebagainya, namun agaknya semakin hari kita seakan kembali pada era orde baru dengan kebijakan NKK dan BKK. artinya jelas, bahwa pemahaman akan peran dan fungsi mahasiswa tak lebih dari slogan omong kosong yang selalu digembar-gemborkan pada setiap tahun ospek mahasiswa baru di kampus-kampus, Mahasiswa/i saat ini sudah tak lagi tertarik berkecimpung di organisasi yang utamanya adalah Ekstra Kampus semisal PMII, HMI,  GMNI dan lain sebagainya,  dengan dalih yang sangat beragam semisal radikal,  tidak jelas. doktrin penyesatan seperti itu kini tak jarang dilakukan oleh mahasiswa/i dari poros “netral” terhadap Mahasiswa Baru, sikap mahasiswa dari poros “netral” tersebutlah yang justru terbilang Radikal dan sangat bertolak belakang dengan sejarah serta nilai fungsi mahasiswa dalam penerapannya,  hal tersebut jelas bisa dikatakan mengebiri hak kemerdekaan baru dalam memandang peradaban dunia kampus dalam kacamata objektifnya.

dan di masa-masa pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru saat ini, tentu akan terjadi banyak semacam “perang dingin” dan juga beberapa doktin sesat kepada Maba untuk tidak memilih berorganisasi di Organisasi Ekstra Kampus, namun tulisan ini hadir untuk menengahi pertikain psikologis antara poros netral dan poros ekstra kampus,  di hari kemerdekaan ini sudah selayaknya kita semua menyatukan arah pandang tentang arti menjadi mahasiwa sesuai peran-fungsinya, atas sejarah mahasiswa di era orde lama,  orde baru hingga reformasi. maka biarkanlah mahasiswa merdeka!  merdeka dalam artian mementukan pandangan  terhadap dunia organisasi kampus, tanpa perlu doktrinasi yang “keliru” tentang pilihan dalam berorganisasi kampus secara intervensi langsung maupun tak langsung. Sesungguhnya penerapan nilai-fungsi mahasiswa dipupuk melaui organisasi organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, ketika kesadaran mahasiswa akan berorganisasi tumbuh secara masif maka disanalah akan muncul harapan besar melihat perubahan tatanan sosial politik yang lebih baik lagi. selamat datang mahasiswa baru! jangan takut alergi untuk berorganisasi. Salam Mahasiswa!

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa: Masih Pentingkah Menulis di Era Digital?

26 September 2024 - 23:30 WIB

Perubahan Iklim dan Transisi Energi: Tanggung Jawab Kolektif dan Tantangan yang Mendesak

27 Juni 2024 - 23:50 WIB

Menimbang Risiko dan Manfaat: Penggunaan Gawai untuk Balita

27 Juni 2024 - 23:37 WIB

Benarkah Universitas Impian Menjadi Tolok Ukur Kesuksesan Mahasiswa?

23 April 2024 - 18:59 WIB

Pandai Membaca Manfaat dan Tantangan Teknologi

23 April 2024 - 18:10 WIB

Kecenderungan Perilaku Self-Harm pada Mahasiswa

29 Februari 2024 - 21:47 WIB

Trending di Opini