Pena Pijar-Anekdot, Pada suatu pagi yang cerah, rumah Andi dipenuhi oleh orang-orang yang sedang membantu menyiapkan acara syukuran atas kelahiran adiknya. Banyak dari ibu–ibu yang membawa serta anaknya. Ibu Andi menyuruh Andi untuk pergi bermain dengan mereka di luar, agar tidak mengganggu ibunya yang tengah bekerja. Mereka pun pergi bermain, tetapi tidak satupun yang meninggalkan handphonenya di rumah.
“Anak–anak zaman sekarang ini, nggak bisa jauh dari HP-nya,“ kata Ibu Yanti sambil menggelengkan kepala.
“Iya, bu. Benar sekali,“ sahut Ibu Andi menyetujui.
“Katanya, Andi dapat beasiswa pendidikan ya, bu?“ tanya Ibu Mela.
“Iya bu, Alhamdulillah.”
“Sayang, aku berangkat kerja dulu, ya.“ Ayah Andi berpamitan pada istrinya.
“Iya sayang, hati–hati,“ jawab Ibu Andi setelah mengantarkan suaminya hingga halaman rumah mereka.
Supaya tidak bosan mereka pun mengobrol membicarakan berbagai hal, yang tentunya dengan tangan yang terus bekerja. Hingga, sampailah pada suatu topik,
“Kadang, saya suka heran kok yang aneh–aneh, nggak mendidik sama sekali, bisa sampai diundang di acara TV, sedangkan yang mendidik jarang sekali muncul di acara TV,“ ucap Ibu Yanti memulai topik baru.
“Iya juga, ya, bu,“ kata Ibu Nonik menanggapi sambil mengangguk.
Ibu Andi yang tengah menggendong bayi dan mendengarkan pembicaraan mereka sejak tadi, ikut angkat suara.
“Namanya juga viral bu, auto banyak job itu,” ucap Ibu Andi.
“Jadi, jika ingin sukses, cukup jadi aneh saja ya, bu,“ ucap Ibu Nonik sarkas.
Ibu Andi dan Ibu Yanti mengangguk–angguk menyetujui.
“Wahh bakal sepi RSJ di masa depan kalau begitu,“ lanjut Ibu Nonik.
