Setiap manusia hidup dengan membawa garis takdirnya. Semua hal yang telah ditakdirkan pada dirinya memberi makna tersendiri dan tentu adalah yang terbaik bagi dirinya. Tidak perlu mengeluh dengan apa yang telah melekat pada diri. Jangan pernah pula merasa iri dengan apa yang orang lain miliki. Bersyukurlah untuk hidup ini.
Setiap orang punya kisahnya sendiri. Tidak hanya rasa senang yang menyelimuti hari-hari, masalah pun terkadang memberi warna yang mungkin kurang berarti bagi diri. Namun, bisa jadi membawa pengaruh bahkan memotivasi perjalanan hidup orang-orang di sekitarnya. Masalah ada untuk dihadapi, bukan untuk diratapi.
“Mas … mbak … permisi, bisa minta tolong?” begitu lontaran kalimat yang setiap hari dia ucapkan kepada seseorang untuk membantu dirinya. Angga, begitulah panggilan namanya. Mahasiswa kelahiran Lumajang, 22 Maret 2000 ini adalah penyandang disabilitas semenjak kecil. Dia tidak mempunyai kedua tangan. Aktivitas kesehariannya dia lakukan dengan kakinya, tak lupa pula dengan pertolongan orang di sekitarnya. Saat dia berpakaian rapi memakai kemeja, orang-orang akan bertanya kepada dirinya sendiri “mau kemana dia …?”, mungkin seperti itu. Saat dia menjawab sebuah pertanyaan ke mana kamu akan pergi, ia menjawab “Saya mau pergi ke kampus”. “Wah ternyata mahasiswa ya …” (batin orang yang bertanya kepadanya)
Angga adalah mahasiswa Universitas Jember Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang menempuh Program Studi Pendidikan Luar Sekolah. Semangatnya untuk kuliah sangat tinggi, dan mungkin semangatnya lebih dari orang normal pada umumnya. Jalan kaki menuju kampus bukanlah masalah yang berat untuk dia. Terkadang teman satu kosnya menawari boncengan jika ada jadwal yang mungkin sama untuk ke kampus.
Sifat dia seperti orang normal pada umumnya. Angga adalah anak sosial dan mudah diajak untuk berteman. Dia ramah, dan selalu menyapa teman-teman yang dia jumpai. Teman-teman di kampusnya tidak pernah memandang rendah ke arahnya. Mereka justru selalu memotivasi dan memberi dukungan untuk Angga.
Sekilas kisah Angga terlihat biasa saja. Namun, yang menjadikannya begitu istimewa adalah semangatnya untuk belajar. Kekurangan fisik yang melekat tidak menjadi sebuah halangan untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Kegigihan dalam menuntut ilmu demi menjadi generasi yang bisa diandalkan menjadi salah satu yang memotivasi orang-orang di sekitarnya untuk bisa semangat seperti Angga. Dia bisa … bagaimana dengan kita?