Pena Pijar, Artikel — Kata merdeka bagi setiap orang memiliki makna yang berbeda-beda. Namun, sejatinya hakikat dari merdeka ialah suatu ‘kebebasan’. Kemerdekaan Indonesia memiliki arti bahwa bangsa Indonesia telah terbebas dari kendali bangsa asing atau yang bisa kita sebut sebagai ‘penjajah’. Ratusan tahun bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa-bangsa asing. Ratusan tahun rakyat Indonesia menderita. Ratusan tahun pula penduduk Indonesia telah diadu domba. Hingga akhirnya Indonesia pun meraih kemerdekaannya, dan kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia saat ini tidak luput dari peranan perempuan Indonesia. Memang, secara biologis perempuan dan laki-laki tidak sama, akan tetapi keduanya sebagai mahluk sosial dilengkapi dengan akal, budi, dan kehendak merdeka, kedua macam insan tersebut mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk berkembang. Namun dalam kenyataannya, baik di negara maju maupun di negara berkembang, perempuan dianggap sebagai warga negara kelas dua, yang selalu mengalami kesulitan untuk dapat menikmati hak yang dimilikinya (Hadriana Marhaeni Munthe, 2003: 10).
Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pejuang laki-laki saja, akan tetapi juga dilakukan oleh kaum perempuan. Perempuan Indonesia berjuang dengan segenap jiwa dan raganya, baik dalam medan pertempuran maupun dibalik medan pertempuran. Tidak sedikit pejuang perempuan yang ikut terlibat di dalam pertempuran melawan penjajah. Selain terjun dalam pertempuran, perempuan Indonesia juga ikut berjuang meraih kemerdekaan dengan cara memajukan status perempuan Indonesia di bidang sosial, politik, dan pendidikan. Untuk pertama kalinya, pada tahun 1904 berdirilah suatu sekolah khusus perempuan bernama Sakola Istri. Sakola Istri dibentuk oleh Raden Dewi Sartika. Lewat sekolah ini para perempuan Indonesia dididik dan diajarkan banyak hal seperti mengajarkan para perempuan cara memasak, menjahit, membaca, dan menulis. Kemudian setelah Sakola Istri ini muncul, disusullah banyak organisasi lain yang terbentuk. Para pejuang perempuan juga mendirikan berbagai organisasi untuk perempuan. Latar belakang kemunculan organisasi ini didorong oleh adanya penerapan kebijakan politik etis Belanda. Penerapan kebijakan tersebut secara tidak langsung telah menyadarkan para perempuan Indonesia untuk turut memperjuangkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Adapun beberapa organisasi perempuan yang telah dibentuk guna untuk memperjuangkan kemerdekaan, yaitu antara lain; Putri Mardika, Kartini Fonds, Kerajinan Amal Setia, Jong Java Meiskering, Young Javanese Girls Circle, Wanita Oetomo, Aisyiah, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, Wanito Muljo, Jong Islamieten Bond, dan lain sebagainya.
Tokoh perempuan yang biasa kita kenal sebagai RA Kartini, ialah seorang pelopor emansipasi wanita, yang mengupayakan adanya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Lewat kongres perempuan, RA Kartini menyampaikan tulisan-tulisan yang menginspirasi dan membangkitkan semangat juang perempuan Indonesia. Kegigihan RA Kartini pada masa itu membuahkan hasil, dengan didirikannya Sekolah Wanita oleh yayasan Kartini di Semarang. Selain RA Kartini, ada juga wartawati yang bernama Roehana Koeddoes yang juga menyuarakan keadilan untuk perempuan melalui surat kabar perempuan yang telah didirikannya. Dalam surat kabar tersebut Roehana menuliskan kritik tentang budaya patriarki, seperti poligami, menikah di bawah umur, dan pengekangan terhadap perempuan. Saat proses menuju proklamasi kemerdekaan, kaum perempuan Indonesia telah memberikan tenaga dan pikirannya secara maksimal. Seperti yang telah diperankan Fatmawati, Maria Ulfah, Suwarni Pringgodigdo, Artinah Syamsudin dan lain-lain. Mareka merupakan perempuan yang mewakili perempuan-perempuan Indonesia yang ikut berjuang mengatasi kesulitan bangsa. Banyak hal yang mereka lakukan diantaranya dalam kesehatan, keterampilan, pendidikan, keperluan logistik dan lain sebagainya.
Sejak dahulu kala perempuan Indonesia telah aktif berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Keaktifan perempuan Indonesia dapat dilihat dari terlibatnya mereka dalam berjuang melawan penjajah, organisasi yang telah didirikan, serta kegiatan yang telah mereka lakukan untuk kebebasan bangsa. Kaum perempuan selalu siap sedia untuk membantu garis depan dengan memperkuat garis belakang. Hal tersebut mereka jalankan dengan adanya latihan kepalang-merahan, cara penggunaan senjata, menyelenggarakan dapur umum, mengerjakan keperluan serdadu, memperluas tanaman bahan makanan, meningkatkan populasi ternak, serta menggalakkan penanaman kapas.
Penulis: Roudhotul Jannah Aprilia
DAFTAR PUSTAKA
Darwin, M. 2017. Gerakan Perempuan di Indonesia dari Masa ke Masa. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. 7(3): 283-294.
Sondarika, W. 2017. Peranan Wanita dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Masa
Pendudukan Jepang. Jurnal Historia. 5(2): 207-217.