Pena Pijar, Artikel – Quarter-life crisis adalah suatu periode ketidakpastian & pencarian jati diri yg dialami individu saat mencapai usia kisaran seperempat abad, yakni saat seseorang berusia 18–30 tahun karena merasa tidak memiliki arah, khawatir, bingung, dan galau tentang ketidakpastian kehidupannya di masa depan. Umumnya, kekhawatiran ini mencakup masalah relasi, percintaan, karier, dan kehidupan sosial.
Tumbuh di tengah gempuran arus teknologi yang berkembang pesat membuat sebagian besar Gen Z di satu sisi lebih dimudahkan dalam menjalani pilihan hidupnya, namun di sisi lain dengan banyaknya pilihan, membuat Gen Z menjadi kebingungan menentukan pilihan yang tepat untuk hidupnya.
Seiring berjalannya waktu banyak anak muda yang lebih memilih untuk tetap di zona nyamannya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan memikirkan hal-hal yang menjadi beban mereka, insecure, overthinking, dan hal lainnya. Anak muda diharapkan agar lebih mau keluar dari zona nyaman dengan tujuan agar mereka tidak terbenani dengan pikiran mereka sendiri dan lebih menghargai diri mereka sendiri.
Quarter life crisis lebih banyak terjadi oleh lulusan sarjana atau seseorang yang berusaha menyelesaikan pendidikannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Allison (dalam Afnan Et al., 2020) yang memaparkan tentang beberapa pengalaman sesorang yakni pada Usia 18-29 tahun, untuk mengidentifikasi stressor yang biasa terjadi pada mahasiswa. Penelitian ini juga menerangkan hasil bahwa respon emosional yang muncul selama fase quarter life crisis yang terjadi pada individu ialah bimbang, cemas, frustasi, gelisah Pada mahasiswa.
Krisis pada usia ini biasanya muncul karena disebabkan oleh: Media Sosial. Seiring berkembangnya teknologi di masa kini, maka orang akan lebih mudah untuk mengunggah pencapaian dirinya di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter,dll. Jadi banyak orang yang membandingkan pencapaian dirinya dengan orang lain yang dianggap “lebih”, baik secara fisik, prestasi, karir, percintaan atau asmara. Terlebih jika yang dijadikan perbandingan adalah teman dekat, mereka semakin tidak puas dengan apa yang telah mereka raih saat ini.
Adanya tuntutan sosial yang menjadi persyaratan lingkungan untuk memenuhi standar publik. Pertanyaan yang membuat seseorang mengalami stres dan tertekan seperti “kapan kamu lulus?” ,“kerja dimana sekarang?”, “kamu menikah?”, “sudah punya anak belum?”,dll.
Upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi quarter-life crisis, sebagai berikut:
Kenali dirimu sendiri lebih dalam dan cintai diri sendiri
Belajar memahami diri sendiri dengan mengevaluasi dan memperbaiki diri. Ketika anda mengetahui potensi dan kelemahan diri sendiri, kamu dapat mengatasi kelemahan tersebut dan mengoptimalkan potensinya. Cobalah untuk menghargai semua yang telah anda lalui.
Pahami bahwa ini adalah fase yang normal dan harus dilalui
Fase ini penting bagi individu untuk mengidentifikasi lebih dalam dan mempersiapkan berbagai kemungkinan dimasa depan. Kemudian carilah support system yang tepat, bagikan kekhawatiran kalian dengan orang yang dapat anda percayai, cobalah untuk tidak mennyembunyikan kekhawatiran anda sendiri agar pikiran anda lebih ringan dan anda mendapat solusi terbaik. Dengan adanya support system dapat memberi pandangan tentang tindakan-tindakan apa saja yang baik untuk dilakukan.
Berhenti membandingkan diri dengan Orang lain
Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi semakin canggih. Semakin banyak pula berbagai aplikasi untuk mengupload diri. Seperti yang diketahui tentunya sesorang akan menunjukkan kebahagiaan dan hal-hal baik yang mereka miliki di sosial media. Jadi, banyak sekali orang2 menjadi tidak percaya diri atau insecure ketika melihat orang lain. Untuk itu, diperlukan motivasi lebih kepada mereka untuk lebih percaya diri akan diri sendiri.Fokuslah pada dirimu sendiri dan jangan membandingkan dirimu dengan orang lain.karena setiap orang memiliki proses serta pencapaian yang berbeda-berbeda.
Kembangkan minat & bakat yang Dimiliki
Mengembangkan potensi minat dan bakat yang dipunyai sehingga lebih percaya diri. Insecure tanpa perubahan adalah sebuah penipuan bagi diri sendiri. Akan lebih baik jika kita mengembangkan skill atau kemampuan yang akan membuat lebih baik dari sebelumnya. Kurangi insecure banyakin bersyukur. Melakukan aktivitas yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada waktu untuk insecure rencanakan jangka pendek dan jangka panjang buat rencakan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengukur seberapa jauh progres dan pencapaian anda.
Berani mencoba hal baru
Mulailah mempelajari hal-hal baru, menambah wawasan dan tingkatkan value diri. Terus bergerak dan memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada diri untuk terus mencoba dan berani menanggung resiko. Bersabarlah, percaya pada prosesnya dan bertanggung jawab maka hasil akan berkesinambungan dengan proses, jadi bersabarlah dan nikmati prosesnya. Karena pada akhirnya kita bertanggung jawab atas hidup kita.
Quarter Life Crisis tidak seseram yang Anda bayangkan karena tanpa disadari, istilah ini dapat memberdayakan kita untuk selalu menjalani hidup menghindari pemicu yang menghalangi kita untuk menikmati setiap detik perjalanan kita. Adanya Quarter Life Crisis dapat dapat membuat Anda menjadi orang yang lebih baik jika Anda memiliki prinsip dan motivasi hidup yang mutlak di dalam diri Anda.
Penulis: Resty Putri Puja Karisma
Referensi :
Syifa’ussurur, Muhammad dkk. MENEMUKENALI BERBAGAI ALTERNATIF INTERVENSI DALAM MENGHADAPI QUARTER LIFE CRISIS: SEBUAH KAJIAN LITERATUR. Journal of Contemporary Islamic Counselling. Vol. 1, No. 1 (2021)
Budiarti, Retna Mariyana. (2021). Fenomena Quarter Life Crisis. https://rsjmenur.jatimprov.go.id/post/2021-05-17/fenomena-quarter-life-crisis .
Afifah, Siti Hasna. (202). QUARTER-LIFE CRISIS, KETIKA TUMBUH DEWASA TAK SEINDAH YANG DIBAYANGKAN. https://psikologi.unnes.ac.id/quarter-life-crisis-ketika-tumbuh-dewasa-tak-seindah-yang-dibayangkan/