Pena Pijar, Opini – Mendengar sebutan santri bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata santri memiliki dua makna yakni pertama ialah orang yang mendalami agama Islam. Kedua, memiliki arti orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. Dalam arti sederhana santri adalah seseorang yang bertempat tinggal di Pondok Pesantren. Selain itu mendalami ilmu agama seperti tauhid, fiqih, tasawuf, nahwu, shorof, akhlaq, ngaji kitab dan lain-lain.
Setelah 77 tahun berlalu, Indonesia telah dapat melewati masa kritisnya. Tepatnya hari tanggal 17 Agustus 2022 kita merayakan hari kemerdekaan. Perlu diketahui bersama, merdekanya bangsa terdapat perjuangan besar para santri. Seperti peristiwa pertempuran 10 November 1945 dibacakannya ‘Resolusi Jihad’ oleh santri dua puluh hari sebelum kejadian. Hal ini menunjukkan peran besar santri dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Peristiwa penting itu menjadi perayaan hari santri nasional. Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, sehingga tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.
Menjadi seorang santri tumbuh dan berkembang dimasa perkembangan teknologi yang semakin canggih menjadi tantangan terbesar. Sehingga santri harusnya mampu adaptif dalam arus perkembangan teknologi.
Melihat hari ini sudah banyak pesantren yang membuka sekolah formal seperti SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Sehingga banyak orang tua yang menitipkan anaknya dipesantren karena tidak lagi khawatir ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum akan utuh diperoleh.
Santri yang mengabdikan dirinya dipesantren tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena santri memiliki kemampuan diatas rata-rata, baik dari ilmu agama dan ilmu duniawi. Perlu ditekankan tanggung jawab santri hari ini bukan lagi berperang melawan penjajah. Musuh santri diera derasnya arus perkembangan zaman adalah kebodohan, kemiskinan, korupsi, nepotisme, narkoba, anarkisme. Sehingga modal belajarnya dipesantren seperti akhlak, toleransi, kemandirian dan tanggung jawab mampu diimplementasikan dikehidupan nyata.
Selain itu santri millenial sekarang harus fleksibel dalam menanggapai perkembangan zaman. Para santri juga dituntut untuk selalu aktif dan semangat dalam menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan mendorong dirinya dalam mengembangkan bakatnya melalui ajang perlombaan dimulai dari tingkat antar kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan sampai ke jenjang internasional.
Penulis : I’anatul Bashiroh