Menu

Mode Gelap
 

Cerpen · 13 Feb 2022 06:34 WIB ·

Sebatang Kara


 Sebatang Kara Perbesar

Di desa karet hidup seorang janda yang tinggal sebatang kara tanpa ada yang menemani, beliau hidup dengan kesunyian dan kehampaan hanya menjual kayu bakar demi sesuap nasi. Anak yang telah dikandung dan dibesarkannya pergi pamit ke kota mencari peruntungan yang lebih baik, namun nyatanya tak jua memberi kabar sampai 6 tahun lamanya.

Hari ini ibu asih menjalani rutinitasnya setiap pagi dia akan berangkat pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, rutinitas ini sudah dia jalani semenjak kepergian suaminya tepatnya sejak 25 tahun lalu, ibu asih tidak pernah mengenyam bangku pendidikan mengakibatkan dia tidak bisa membaca dan menulis.

Entah mengapa hari inj perasaan ibu Asih tidak nyaman dia merasa sesuatu hal akan terjadi namun dia terus menepis perasaanya itu, sepasang kaki yang terus berjalan menyusuri jalan setapak gunung menghiraukan rasa lelah yang melanda. Ketika sudah sampai di tengah hutan ibu Asih sudah menjumpai kayu bakar yang berserakan diambilnya satu demi satu dikumpulkannya dengan tanganya yang sudah mulai berkeriput.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari ibu Asih beranjak menuruni gunung dengan perlahan namun pasti,bisa diketahui melalui nafasnya yang memburu bahwa sang empu tengah merasa lelah, tanpa istirahat akhirnya beliau sampai di desa dan langsung pergi kepengepul untuk menjual kayu bakarnya ,meskipun hasil yang didapat tidak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan, mensyukuri adalah hal yang dilakukan ibu Asih baginya hati ini dia bisa membeli beras itu adalah hal yang sudah sangat cukup.

Kurang dua tiga puluh meter lagi ibu Asih sampai didepan rumahnya namun langkahnya terhenti,matanya berkaca tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kini dihadapannya tengah berdiri seorang lelaki tampan yang sangat dia kenali datang bersama seorang wanita yang sangat cantik. Langkah demi langkah dia mulai mendekati sosok itu ,sosok yang sudah lama dia rindukan kabarnya.

“Anakku” ucapnya sembari menyentuh tangan sang pria

Balasan yang sangat tidak bisa diduga sang lelaki menepis tangan Bu Asih dengan menunjukan wajah yang tidak suka,wanita yang disebelahnya pun terlihat sangat bingung.

“Ada yang ingin saya bicarakan, saya akan menjual rumah ini” balasnya sembari menunjuk rumah yang sudah tampak reot

Ibu Asih tampak sangat terkejut dengan perlakuan anak didepannya ini ,dia sungguh tidak percaya anak semata wayangnya yang sangat menyayanginya sangat patuh kepadanya kini berbicara dengan kurang sopan dan menepis tanganya, keterkejutan terhebatnya tak kala mendengar bahwa rumahnya akan dijual.

“Apa yang kau bicarakan nak? Kalau kau menjualnya lantas ibu tinggal dimana?” Melas ibu Asih

“Aku tidak mau tau, aku sedang butuh uang, jadi mau tidak mau setuju atau tidak setuju aku akan tetap menjual rumah ini, wanita ini yang akan membelinya” dia menunjuk Wanita disebelahnya saat mengakhiri perkataanya.

” Ibu mohon nak, ibu akan tinggal dimana kalau kau menjual rumah ini” air mata ibu asih terus bercucuran

Melihat adegan seperti itu membuat sang wanita yang maumm embeli rumah Bu Asih menjadi merasa tidak enak “lebih baik kamu selesaikan masalah kamu ,saya rasa saya akan memikirkan kembali tentang saya akan membeli rumah ini ” ucap wanita itu ,dan langsung Ergo setelahnya

Sang anak yang mendapati itu langsung terkejut, dia berusaha menghentikan wanita itu untuk pergi namun usahanya sia-sia.

“Ini semua gara-gara ibu ,aku itu butuh uang tau tidak” teriaknya kepada ibu asih yang saat ini tengah menangis tersedu-sedu

“Tapi ibu bingung harus tinggal dimana kalau rumah ini kamu jual nak” tangis ibu Asih semakin tidak bisa dibendung lagi

“Aku tidak mau tau” emosi sang anak dan tanpa sengaja dia mendorong ibu Asih sampai ibu Asih terhuyung jatuh karena badannya tidak seimbang , karena sang anak mendorong dengan kuat ibu asih terjatuh dengan kepalanya membentur batu mengakibatkan dia tidak.sadarkan diri seketika

Ada salah seorang warga yang melihat kejadian itu dan langsung menghampiri mereka,tapa basa basi mereka langsung membawa ibu Asih kerumah sakit, sang anak sedari tadi nampak.gelisah bingung akan keadaan sang ibu ,perasaan penyesalan mulai membalut dirinya

Setelah 2 jam dokter menangani ibunya akhirnya beliau keluar dari ruangan yang serba putih itu, dengan tergesa-gesa sang anak menghampiri sang dokter” bagai mana keadaan ibu saya dok?” Tanyanya

” Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun nyawa ibu anda tidak bisa kamu selamatkan,pendarahan di kepalanya sangat parah akibat benturan” jelas sang dokter

Tak ada kata yang bisa terucap perasaan kaget bingung terus bercampur aduk dalam diri sang anak penyesalan terus ada dalam pikirannya, air mata bercucuran tanpa henti dia terudusk lemas dilantai dingin rumah sakit, lalu sedetik kemudian dia bangkit dan langsung memasuki kamar bernuansa putih itu, disana tengah terbaring seseorang yang seharusnya dia jaga namun dia malah mengakhiri nyawa sang ibu. Dia terus manangis sembari memeluk tubuh kakku snag ibu.

Setelah proses pemakaman dilaksanakan datanglah beberapa polisi menghampiri sang anak bahwasanya tetangga yang melihat kejadian yang menimpa ibu Asih telah melaporkannya kepada polisi. Saat di tangkap sang anak tidak melawan sama sekali dia pasrah tatapannya menunjukan tatapan kosong.

 

SELESAI.

 

Karya : Tifani Gloria Marchiano Amijaya

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 194 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kilas Balik

28 Mei 2022 - 11:50 WIB

Mimpi

25 April 2022 - 00:16 WIB

Terjebak Rasa dan Hilang

31 Maret 2022 - 15:50 WIB

Perjuangan untuk Meraih Cita

23 Maret 2022 - 09:39 WIB

Keluarga Kecil di Surga

7 Februari 2022 - 15:45 WIB

Antara Kawan dan Ego

6 Februari 2022 - 10:03 WIB

Trending di Cerpen