Aku berdiri menyusuri titik tak berarti
Pandanganku mengabur bersama rintik hujan kala itu
Basah dan dingin
Mataku menerawang jauh
Ada dua persimpangan di depan yang remang dan tidak aku pahami
Lagi-lagi, sunyi dan sendiri
Kala itu, tatap kita saling bertemu
Namun, hanya aku tokoh yang memandang wajahmu
Kamu bias, hanya bisa diraba-raba dalam pojok pikiran
Kulihat hari telah senja
Ada duka dan sekelumit rindu
Lewat angin mengelumit jantungku
Di tengah derasnya hujan
Aku berlari mengejar bayangmu
Tak peduli tetes demi tetes air memenuhi wajahku
Berharap kita bertemu walau tak menentu
Karna kuingin tak seorangpun tahu
Bahwa aku mengagumimu
Karya : Aninda Lucyana