Pena Pijar, Jember – Belakangan ini istilah self reward semakin terkenal di kalangan anak muda. Self reward sendiri merupakan bentuk apresiasi diri setelah mencapai suatu target tertentu atau cara untuk menyenangkan diri sendiri. Banyak orang menganggap self reward sebagai bagian penting untuk menjaga kesehatan mental menjadi lebih stabil. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa self reward sering kali dijadikan alasan untuk bergaya hidup boros. Lantas, apakah self reward benar-benar bermanfaat, atau hanya alasan untuk menghambur-hamburkan uang?
Banyak orang menyebut self reward sebagai hadiah yang diberikan kepada diri sendiri untuk menghargai pencapaian yang berhasil dilakukan. Misalnya, seseorang yang telah bekerja keras selama sebulan penuh akan mengapresiasi diri sendiri dengan membeli pakaian, makanan favorit, menonton film, atau berlibur ke suatu tempat. Dalam konteks ini, self reward adalah hal yang positif karena memberikan perasaan puas dan mencegah timbulnya stress. Hal ini dapat membuat seseorang teromotivasi untuk melanjutkan hidupnya dengan baik dan bersemangat mencapai tujuan berikutnya.
Ada beberapa orang yang menganggap self reward tidak harus mengarah pada sesuatu yang mahal atau mengeluarkan uang. Menyediakan waktu sekadar untuk menonton drama atau film di rumah, tidur siang, dan istirahat menenangkan pikiran juga bisa menjadi bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Ini menunjukkan bahwa self reward tidak selalu berkaitan dengan hal konsumtif, namun lebih kepada memberikan waktu luang untuk diri sendiri agar tetap seimbang secara mental dan emosional.
Di sisi lain, banyak yang menggunakan konsep self reward sebagai alasan untuk gaya hidup boros. Pada akhirnya mereka terjebak dalam kebiasaan konsumtif dan membeli barang-barang mahal yang sebenarnya tidak diperlukan. Mereka mencari alasan untuk boros hanya karena merasa lelah dengan segala kerja keras yang sudah mereka lakukan. Self reward bisa berdampak negatif jika dilakukan tanpa perhitungan keuangan yang terencana sehingga berpengaruh pada kondisi finansial seseorang. Seseorang bisa lebih fokus pada kesenangan sesaat dibandingkan menabung atau mengelola uang untuk kebutuhan yang lebih penting di masa depan. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, seseorang bisa terjebak dalam pengeluaran yang tidak sehat atau gaya hidup yang konsumtif.
Agar tidak terjebak dalam hal tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan self reward dengan hemat. Seseorang harus bisa menyesuaikan self reward dengan kondisi keuangan yang dimiliki. Sebelum membeli sesuatu sebagai sebagai self reward, pastikan bahwa itu tidak akan mengganggu kebutuhan utama atau tabungan masa depan. Kita harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Buatlah daftar barang atau aktivitas yang ingin dilakukan dan pilih salah satu yang benar-benar disukai. Memang tidak ada yang melarang untuk membeli barang yang kita inginkan sebagai bentuk self reward, namun alangkah baiknya jika kita membeli sesuatu yang kita inginkan secukupnya tanpa harus menguras dompet.
Dengan memahami konsep self reward secara bijak dan hemat, seseorang bisa tetap menikmati hidup tanpa harus mengorbankan kestabilan finansial. Selain finansial yang tetap stabil, emosi, jiwa, dan mental juga akan sama. Sebagai bentuk apresiasi diri, self reward bisa menjadi motivasi untuk lebih bekerja keras dan menjaga keseimbangan mental. Namun, jika dilakukan tanpa perhitungan, self reward bisa berubah menjadi kebiasaan konsumtif. Pada akhirnya, yang terpenting bukanlah seberapa besar atau mahal self reward yang diberikan, tetapi bagaimana cara seseorang bisa menikmati hasil kerja keras dengan tetap menjaga keseimbangan finansial dan emosional mereka.
Penulis: Aulia Jihan
Penyunting: Yulia Masita