Menu

Mode Gelap
 

Anekdot · 16 Apr 2025 09:02 WIB ·

Semangkuk Mi Instan Premium


 Semangkuk Mi Instan Premium Perbesar

Pena Pijar, Jember – Kiki adalah seorang mahasiswa rantauan. Hidup sebagai anak kos membuatnya sering mengonsumsi mi instan untuk mengganjal perutnya. Malam ini, dengan langkah gontai Kiki berjalan kembali ke kamar setelah merebus mi instan rasa soto yang ia beli tadi sore. Aroma khas mi instan tersebut segera memenuhi sudut kamarnya yang sempit. Senyumnya mengembang tatkala sendok dan garpu di tangannya bergerak mengambil mi di dalam mangkuk hadiah sabun cuci miliknya. Namun, senyuman itu luntur dan ekspresinya berubah saat suapan pertama masuk ke mulut.
“Aneh dah, Lo,” ucap Rian–teman satu kamar Kiki–saat melihat gelagat temannya.
“Aneh kenapa?” Kiki menyahut sembari memakan kembali minya.
“Tadi dateng senyum-senyum terus tiba-tiba wajah Lo kaya orang bingung. Aneh”
Kiki yang mendengar ucapan Rian kembali memasang wajah bingung sembari mengunyah pelan mi dalam mulutnya.
“Rasa minya aneh, Yan. Kayak ada yang beda dah”
“Hah? kedaluwarsa kali. Beli lagi aja sana.” Jawaban rasional Rian berharap bisa menjadi solusi untuk Kiki.
Kiki menggeleng. “Aman, engga kedaluwarsa cuma rasa minya kaya agak mahal gitu.”
“Rasa mahal gimana? Perasaan harganya masih sama aja di warung bawah.”
Arya menghela napas dramatis. “Justru itu, Yan. Harganya memang masih sama. Tapi enggak tahu kenapa, makan mi ini sekarang rasanya kayak lagi makan “dolar” yang direbus. Kayaknya rasa-rasa inflasi udah mulai meresap sampai ke dalam bumbu mi ini deh.”
Rian menggeleng keheranan mendengar penjelasan dari Kiki.
“Aneh banget. Halu ya, Lo?” tanya Rian dengan wajah bingung.
Kiki menggeleng lagi dengan serius. “Enggak, Yan. Serius. Ini minya serasa udah naik kelas gitu, jadi kayak ‘Mi Instan Premium Rasa Kurs Dolar,’ setiap gigitannya serasa lagi bayar pajak impor.”
Rian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil terus memasang wajah kebingungan. Sementara Kiki, dengan wajah pasrah terus mengunyah dan menghabiskan mi instan “rasa dolar”-nya. Dia berpikir keras, mungkin besok ia harus mulai menabung lebih banyak lagi, bukan hanya untuk kebutuhan kuliah, tetapi juga untuk menjaga cita rasa “kemewahan” mi instannya.

Penulis: Anis Febrianti
Penyunting: Ibrahim Ulin Nuha

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pencurian Sandal dan Ketidakadilan Hukum

11 April 2025 - 18:22 WIB

Ketika Politik Menyentuh Dapur

19 Februari 2025 - 08:21 WIB

Siapa Suruh Jadi Kepala?

8 Februari 2024 - 02:44 WIB

Kemerdekaan

7 Agustus 2023 - 22:27 WIB

Belas Kasih Pengemis

30 Juni 2023 - 10:44 WIB

Hukuman Potong Tangan

24 Maret 2023 - 07:38 WIB

Trending di Anekdot