Pena Pijar, Berita – Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dibuat resah terkait sistem pengajuan kegiatan di fakultas. Beberapa waktu lalu, mayoritas ormawa mengeluhkan Sisfo yang menjadi trobosan baru untuk sistem pengajuan kegiatan di ormawa. Tetapi hal itu justru menghambat pencairan dana kegiatan dengan mekanisme yang berkelit.
Masuknya revolusi industri 5.0 membuat semua sektor kehidupan beralih menuju serba digital. Hal ini rupanya menjadi inspirasi birokrasi organisasi kemahasiswaan (Ormawa) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (FKIP Unej) dengan meluncurkan sistem informasi ormawa (sisfo).
Sistem kerja sisfo ini jika dilihat menggunakan kacamata mahasiswa yang awam tentu memiliki tujuan yang baik dan akan memperpendek alur birokrasi jika diimplementasikan dengan baik.
Sebab, setelah mahasiswa melakukan upload berkas pengajuan kegiatan, tim reviewer akan langsung melakukan telaah terhadap berkas tersebut.
Nantinya, jika telah mendapatkan persetujuan dari tim reviewer, pengurus ormawa bisa langsung menghadap ke bagian keuangan fakultas untuk melakukan pencairan anggaran kegiatan seperti yang telah tercantum dalam berkas tersebut.
Sayangnya, ide brilian untuk merapikan sistem pengelolaan kegiatan ormawa ini belum terkoordinasi dengan baik antar komponen yang ada.
Hal ini tampak saat para pengurus ormawa telah mendapat persetujuan sisfo dan melakukan pencairan dana, ternyata masih ada proses review ulang anggaran. Sehingga, tidak sedikit ormawa yang harus balik kanan tanpa membawa anggaran yang seharusnya telah diterima lantaran harus merevisi berkas pendanaan kegiatan.
Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) PG PAUD Aufanda Ivan mengatakan, kehadiran sisfo yang seharusnya mempermudah pengajuan kegiatan, justru membuat mahasiswa kelimpungan.
Menurutnya, meski sudah disosialisasikan, implementasi sisfo di lapangan tidak sama dengan apa yang telah disosialisasikan.
“Sisfo ini seharusnya mempermudah, tapi yang kami alami justru sebaliknya, kami terus dihadapkan dengan kesulitan,” kata Ivan (27/6/2022).
Ivan menambahkan, beberapa programnya yang telah berjalan menjadi kurang maksimal dengan adanya sisfo. Sebab, panitia lebih disibukkan dengan urusan administratif dibandingkan memikirkan substansi kegiatan supaya bisa menggenjot kualitas mahasiswa.
Kabarnya, sejak awal sisfo ini disosialisasikan, para pengurus ormawa telah menyatakan penolakannya karena khawatir implementasinya tidak sesuai.
Namun, pihak birokrasi fakultas bersikukuh menjalankan sistem yang belum siap dan belum terintegrasi maksimal. Kini, kekhawatiran itu benar terjadi.
Diduga, upaya ngotot pihak birokrasi fakultas membuat sistem tersebut hanya untuk menurunkan anggaran pembuatan sistem dan pembagian honor kepada para reviewer.
Sebab, para reviewer yang ditugaskan ternyata bekerja tidak sesuai keahliannya.
Seperti yang dialami oleh UKPM Pijar Pendidikan. Seorang dosen bahasa Indonesia menjasi reviewer rencana anggaran belanja (RAB) dan bendahara fakultas sebagai penelaah tata tulis rencana kegiatan.
Carut marut keadaan yang serba dipaksakan ini rupanya menjadi pemicu masalah. Pantas saja jika banyak ormawa yang mengeluhkan ada revisi ulang saat melakukan pencairan anggaran.
“Februari sudah ada sosialisasi, tapi saat pencairan dana selalu ada saja masalah padahal sudah jelas sudah disetujui tim reviewer di sisfo, lalu esensi dari adanya sisfo ini apa kok rasanya tambah ribet,” keluh Ivan.
Sementara, Wakil Dekan III FKIP Unej Mohammad Naim saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar perihal keluhan mahasiswa tersebut.
Bahkan, Naim tampak sengaja menghindar memberikan keterangan dengan dalih masih menjadi penguji.
Sedangkan, pegawai bagian kemahasiswaa FKIP Unej Didik Eko Julianto memilih irit bicara soal rumitnya sisfo seperti yang dikeluhkan mahasiswa.
Menurutnya, kemahasiswaan tidak ada kaitannya dengan tim reviewer sebagai salah satu objek penting dalam sisfo. Sebab, bagian kemahasiswaan ternyata juga tidak menjadi bagian dalam tim review.
“Pihak kemahasiswaan tidak masuk dalam tim reviewer, disana ada tim sendiri,” kata Didik.