PENAPIJAR.com – Pelantikan Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa), seperti Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP), yang dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2021 dihadiri oleh 2 orang perwakilan (ketua dan pengurus) di setiap Ormawa. Hal tersebut sesuai dengan surat undangan pelantikan yang di tanda tangani oleh wakil dekan 3 Dr. Sukidin, M.Pd. dalam acara tersebut juga di hadiri oleh dekan dan wakil dekan 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej).
Pelantikan pengurus Ormawa di sambut dengan baik oleh dekan FKIP. Bahkan, beliau tidak canggung untuk mengungkapkan rasa senangnya karena dalam pelantikan tersebut perspektif gendernya ada.
“Saya melihat pelantikan ini sangat senang sekali, setidaknya perspektif gendernya ada,” tutur Prof. Bambang Supeno saat melakukan pidato pelantikan.
Hal tersebut diungkapkan karena peserta yang hadir dalam pelantikan juga banyak perempuannya. “Tadi saya berpikir jangan-jangan pengurusnya laki semua, ternyata ada perempuannya juga,” tambah dekan FKIP tersebut.
Namun, berbeda dengan Mohammad Hidayatullah selaku ketua BEM FKIP tahun 2021. Dayat panggilan akrabnya menilai bahwa kesetaraan gender dalam hal kepemimpinan tidak serta merta bisa dilihat saat menjadi pemimpin, tetapi juga harus dilihat dari proses ia menjadi pemimpin.
“Tidak bisa di pandang setelah mereka terpilih, tapi kita harus melihat bagaimana proses terpilihnya,” jelas mahasiswa dari prodi PGSD tersebut.
Melalui data, Dayat menunjukkan bahwa dalam kontestasi perebutan ketua Ormawa di FKIP, perempuan masih mengalami kekalahan.
“BPM, HMP Pendidikan Biologi, Geografi, Ekonomi, PGSD Jember, PG Paud, Bahasa Inggris, Matematika, UKPM Pijar. Di sana melihat bahwa kandidat yang notabene perempuan mengalami kekalaha.” ungkap lelaki asal Bondowoso itu.
Dayat menambahkan bahwa Ormawa yang saat ini ketuanya perempuan, saat proses pemilihan kandidatnya perempuan semua, seperti HMP Pendidikan Masyarakat, PGSD Bondowoso, UKM Prisma.
Melalui data yang ada, ketua BEM tersebut menilai bahwa di FKIP masih kurang dalam hal kesetaraan gender.
“Jadi, menurut saya di FKIP masih kurang kesetaraan gendernya dalam hal memilih pemimpin Ormawa. Mereka memang mempunyai peluang untuk mendaftar, tapi hal mendapat suara terbanyak, tidak ada jaminan,” tegasnya.
Di samping itu, untuk memperbaiki hal tersebut, mahasiswa angkatan 2018 itu mangajukan solusi.
“Perlunya penyadaran terkait ketidakyakinan terhadap perempuan untuk memenuhi tanggung jawab menjadi pemimpin organisasi.”
Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan oleh BEM FKIP untuk menyadarkan tentang kesetaraan gender, yaitu dengan cara menggait lembaga bentukan Universitas Jember yang fokus dalam hal tersebut.
“Nantinya kami akan menggandeng PSG UNEJ untuk mengadakan diskursus mengenai gender di lingkup FKIP,” tutup ketua BEM FKIP saat di hubungi secara virtual.
Penulis : Mas Sai
Editor : Nifla