Pena Pijar-Opini, Seperti yang kita ketahui, dewasa ini teknologi berkembang begitu pesat seiring dengan kemajuan zaman. Banyak dampak positif muncul akibat pesatnya teknologi ini dan memudahkan manusia dalam berbagai hal-ihwalnya, seperti akses informasi lebih cepat, menawarkan evektivitas pekerjaan, efisiensi komunikasi, dan banyak aspek lainnya. Adanya teknologi mendorong manusia, secara tidak langsung, ter-upgrade ke level yang lebih maju dari sebelumnya.
Salah satu produk yang begitu tampak dari teknologi adalah media sosial. Media sosial merupakan platform yang memudahkan manusia untuk melakukan komunikasi, dan mengunggah konten-konten seperti foto dan video, untuk dipublikasikan kepada khalayak umum. Dengan merebaknya penggunaan media sosial, memudahkan tiap individu untuk mengakses informasi dari berbagai daerah dalam lingkup nasional, maupun internasional.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat saat ini tidak hanya dirasakan oleh penduduk kota saja, namun meluas hingga ke pelosok-pelosok desa. Terbukti unggahan-unggahan keseharian warga desa pada media sosial, yang tak jarang muncul dalam beranda Facebook, Tiktok, maupun Instagram. Perambatan teknologi di desa, memberikan pengaruh yang cukup besar ke arah perubahan. Potensi untuk mengembangkan desa menjadi lebih baik, sangat mungkin untuk dilakukan.
Banyak hal-hal positif yang dapat dimanfaatkan melalui media sosial. Seperti mengenalkan potensi desa dan budaya lokal ke luar daerah. Setiap daerah pasti memiliki kearifan lokal yang begitu bernilai dan unik. Namun, karena keterbatasan wawasan dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya manusianya, potensi-potensi tersebut menjadi tidak tergali dan atau dibiarkan begitu saja. Padahal jika benar-benar diperhatikan dan diolah dengan lebih baik, potensi desa tersebut dapat memberikan feedback positif untuk desa itu sendiri, bahkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan melangkah menjadi desa maju.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah melakukan pemberdayaan pemuda desa dengan pembekalan dan pembimbingan secara intens dalam bidang jurnalistik. Mengapa harus pemuda? Apakah hanya dengan jurnalistik? Perlukah juga dibimbing secara intens? Kita bahas satu-satu.
Untuk mengenalkan desa secara masif, perlunya sebuah media yang dapat dijadikan instrumen agar informasi terkait potensi-potensi yang sudah ada sampai ke cakupan masyarakat yang lebih luas. Dengan dikombinasikan dengan adanya teknologi, jurnalistik hadir sebagai alternatif untuk mengenalkan budaya lokal. Dan, di sinilah perlunya melakukan pemberdayaan jurnalistik di lingkup desa sebagai langkah awal untuk branding desa itu sendiri secara lebih tertata.
Subjek potensial yang membawa desa ke arah perubahan, adalah pemuda desa. Banyak faktor yang menjadi latar belakangnya, seperti pemuda memiliki kapasitas yang memadai baik dari segi waktu, tenaga, serta pemikiran, terlibat langsung dengan masyarakat, dan mempunyai jatah kesempatan yang lebih besar. Hal ini memicu timbulnya animo bahwa pemuda dirasa mampu menjadi agen perubahan, minimal untuk daerahnya sendiri.
Namun sayangnya, tidak semua para pemuda, memiliki kognisi dan kemampuan di atas rata-rata. Apalagi dalam lingkup desa. Faktor penyebabnya sebenarnya bukan terletak pada individu itu sendiri, namun lebih kepada kurangnya fasilitas di lingkup desa yang mumpuni dan menunjang kreativitas mereka, ditambah kurang optimalnya softskill mereka terasah secara intens. Akibatnya, tak sedikit dari pemuda desa yang bahkan, tak mengenali bakat yang tertanam dalam diri mereka, dan tak jarang insecure kepada pemuda-pemuda kota.
Dengan ini, perlunya sebuah wadah yang bisa dijadikan ruang untuk mengasah kreativitas pemuda desa. Salah satu opsi yang memungkinkan adalah dengan membekali mereka dengan ilmu junalistik. Wadah yang linier dengan ini yakni membangun lembaga pers desa yang dikelola oleh anak-anak muda. Harapannya jelas, yakni untuk mengenalkan dan membawa potensi desa lebih terkenal di kancah nasional, bahkan juga internasional.
Tentunya, hal ini pasti bersinggungan erat dengan penggunaan gadget sebagai media yang efektif untuk mengenalkan potensi desa. Secara spesifik, optimalisasi penggunaan gadget ini diwujudkan dengan pembuatan platform digital yang tujuannya sebagai media dari lembaga pers yang telah terbentuk. Pembekalan dan pendampingan jelasnya perlu dilakukan secara berkala supaya publikasinya dapat tersistem dengan baik tahap demi tahap, sesuai dengan potensi desa masing-masing.
Dengan adanya pembentukan lembaga pers ini, melalui para pemuda diharapkan potensi-potensi desa yang tergali dapat dikenalkan secara lebih luas, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain itu juga, mengurangi pengangguran yang kerap kali banyak ditemui di desa-desa. Sehingga dengan begitu dapat meminimalisasi angka kemiskinan dan selangkah lebih maju mewujudkan SDGs. (Andrie)