Peristiwa perlawanan rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan pada 10 Nopember 1945 merupakan tragedi besar yang saat ini terefleksikan menjadi hari pahlawan. Pahlawan merupakan lambang perjuangan yang dilakukan oleh orang-orang untuk kemaslahatan, salah satu contohnya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman pada tanggal 2 Mei 1889, yang terkenal dengan sebutan Bapak Pendidikan. Pahlawan pendidikan yang terkenal dengan karyanya “Tut Wuri Handayani” ini terbukti berjasa bagi Indonesia, di mana atas propaganda dan semangatnya mempersatukan dan membawa Indonesia pada kedudukan yang lebih mulia.
Di masa penjajahan termasuk Soewardi menulis “Een Voor Allen Naar Ook Allen Voor Een” atau “Satu Untuk Semua”, dimana tulisan tersebut dimaksudkan untuk melakukan penarikan dana sebagai perayaan kemerdekaan Belanda. Karena keaktifan dan kekritisannya tersebut, Ki Hajar Dewantara dianggap membahayakan bagi pemerintahan belanda dan akhirnya pemerintah belanda mencoba meredam semangat aktivitas Ki Hajar Dewantara dengan mengasingkannya ke luar negeri.
Akhir 1919 Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia. Pengalaman dalam dunia pendidikan membuat Ki Hajar Dewantara aktif di dunia pengajaran pada masyarakat, sehingga pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara berhasil mendirikan National Onderwijs Institut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Peninggalan Ki Hajar Dewantara bukan hanya perguruan tinggi, namun masih ada nilai semangat yang masih dilandaskan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan pada masa ini yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ng Ngarsa Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dibelakang memberi dorongan). Selamat Hari Pahlawan!!! (An)